IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SMA NEGERI 1 HAMPANG KAB. KOTABARU
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi saat
ini semakin masif dan telah mempengaruhi proses pembelajaran
di sekolah. Kemajuan teknologi mengantarkan murid pada masa kini tumbuh dan
berkembang dalam buaian kecanggihan teknologi informasi. Murid pada generasi zaman sekarang disebut sebagai Generasi Z. Mereka mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan generasi terdahulu. Mereka menyenangi kepraktisan
untuk menyelesaikan dan mengambil suatu keputusan dikarenakan semua hal sudah
tersedia dengan canggih dan sangat cepat. Di satu sisi, kemajuan teknologi juga
turut mempengaruhi perilaku sosial dan lingkungan murid.
Pengaruh yang
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi dapat berupa pengaruh buruk maupun pengaruh
yang baik. Salah satu pengaruh buruk dari teknologi adalah membuat anak menjadi
lebih individualis dan bersikap apatis. Oleh karena itu, peran guru dalam menanamkan
pendidikan karakter menjadi tameng dalam menyikapi pengaruh buruk dari
kemajuan teknologi. Guru seyogyanya menghadirkan pendidikan karakter dengan metode
yang humanis dan berpihak kepada murid. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
penerapan budaya positif di lingkungan sekolah.
Budaya positif merupakan implementasi dari keyakinan
universal agar murid dapat
berkembang menjadi individu yang berakhlak mulia, menghargai sesama, mandiri,
kritis dan kreatif. Penggunaan hukuman atau displin negatif untuk
membuat murid-murid mematuhi perintah dan peraturan dinilai sudah tidak
relevan dengan kondisi di zaman sekarang. Budaya positif berupaya menghadirkan
cinta dan kasih sayang yang diawali dengan displin positif. Displin
positif atau displin diri menciptakan motivasi intrinsik yaitu suatu keinginan
murid untuk mau
melakukan displin karena adanya dorongan yang
berasal dari kesadaran dalam diri. Kita
menyadari bahwa kesadaran diri merupakan pondasi di hampir semua unsur
kecerdasan emosional. Ini merupakan langkah awal yang penting agar murid dapat memahami
diri sendiri dan melakukan perubahan positif.
Berdasarkan latar
belakang tersebut, aksi nyata budaya positif yang dilakukan oleh calon guru
penggerak dilakukan dengan menerapkan budaya positif di lingkungan kelas yang
kemudian dilanjutkan dengan membagikan pemahaman dan pengalaman dalam
menerapkannya kepada rekan-rekan sejawat di sekolah.
B. TUJUAN AKSI NYATA
Adapun tujuan aksi nyata yang dilakukan Calon Guru Penggerak adalah:
1. 1. Murid
mendapatkan pemahaman dan pencerahan mengenai konsep budaya positif
2. 2. Murid
dapat mengamalkan displin positif di lingkungan kelas dan sekolah.
3. 3. Guru/rekan sejawat mendapatkan pencerahan dan pembelajaran
dari penyampaian diseminasi sehingga mereka diharapkan dapat menerapkan
konsep-konsep budaya positif di kelas atau di sekolah.
C. TOLAK UKUR KEBERHASILAN
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan mengontrol aksi nyata agar terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka digunakan tolak ukur sebagai berikut:
1. Murid
2. Guru/rekan sejawat
D. LINIMASA KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Aksi nyata Budaya Positif dilakukan dalam waktu 4 minggu. Dalam kurun waktu tersebut, calon guru penggerak menjalankan dua hal, yaitu: (a) mengejewantahkan konsep-konsep inti Budaya Positif yaitu dengan membangun keyakinan kelas dengan murid-murid di kelas, dan (b) membagikan pemahaman dan pengalaman dalam menerapkan keyakinan kelas serta meyampaikan materi-materi inti Budaya Positif ke rekan sejawat. Adapun linimasa dari kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
Minggu ke-1
-Tanggal 07 Desember 2022: meminta izin dan meminta masukan/saran dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan aksi nyata di lingkungan
kelas dan sekolah
-Tanggal 08 Desember 2022: aksi nyata menerapkan keyakinan kelas bersama murid-murid di kelas
Minggu ke-2
Tanggal 17 Desember 2022: Sesi 1 Sosialisasi dan Diseminasi Budaya Positif dengan rekan sejawat (durasi waktu 1 jam)
Minggu ke-3
Tanggal 04 Januari 2023: Sesi 2 Sosialisasi, Diseminasi dan Coaching Clinic Penerapan Budaya Positif dengan rekan sejawat (durasi waktu 1 jam)
Minggu ke-4
Refleksi dan evaluasi (ad hoc), publikasi video dan artikel
E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
Untuk mewujudkan rancangan tindakan aksi nyata, maka Calon Guru Penggerak membutuhkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, antara lain:
1. Unsur Pimpinan dan Rekan Sejawat
Calon Guru Penggerak dalam melaksanakan aksi nyata membutuhkan dukungan dari Kepala Sekolah maupun rekan sejawat melalui koordinasi dan kolaborasi agar penerapan budaya positif dapat berjalan sesuai dengan rencana.
2. Orang Tua Murid
Orang tua murid diharapkan memberikan dukungan verbal maupun non verbal dalam pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan guru di sekolah. Orang tua juga menjadi pengontrol perilaku murid saat berada di rumah.
3. Media yang digunakan
Media yang digunakan dalam tindakan aksi nyata ini
memberi kemudahan dan kepraktisan guru dalam penyampaian konsep maupun hal-hal teknis
yang berhubungan dengan pembiasaan budaya positif. Media ini dapat berupa video,
poster, kertas sticky note, spidol dan
lain-lain.
F. DESKRIPSI KEGIATAN AKSI NYATA
Aksi Nyata 1: Implementasi Budaya Positif di
Lingkungan Kelas
Pada kegiatan ini, Calon Guru Penggerak mencoba untuk mempraktikkan keyakinan kelas bersama murid-murid. Langkah-langkah yang dilakukan dimulai dengan memberikan pertanyaan pemantik berupa “seperti apa kelas impianmu?”. Murid-murid akan menuliskan gambaran kelas impiannya di kertas sticky note yang kemudian ditempelkan di papan tulis. Selanjutnya guru memberikan tuntunan dengan menyampaikan “Untuk menciptakan kelas impianmu, tentunya membutuhkan sikap atau aturan yang harus disepakati, misalnya jika kelas impianmu adalah kelas yang bersih tentunya membutuhkan sikap untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat. Coba kalian tuliskan kembali sikap atau aturan apa yang perlu kalian sepakati.” Murid-murid kemudian bercurah pendapat tentang sikap/peraturan yang perlu disepakati. Murid-murid menempelkan nilai-nilai di papan tulis. Guru mencatat semua masukan-masukan para murid. Guru dan murid kemudian meninjau ulang nilai-nilai/peraturan untuk membentuk keyakinan kelas. Setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan berkurang membentuk 7 keyakinan kelas. Keyakinan Kelas selanjutnya dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat oleh murid. Berikut video aksi nyata penerapan budaya positif di lingkungan kelas!
Aksi Nyata 2: Sosialisasi dan Diseminasi Budaya
Positif dengan Rekan Sejawat
Pada kegiatan ini, Calon Guru Penggerak melakukan sosialisasi dan diseminasi budaya positif dengan rekan sejawat di sekolah. Kegiatan ini melibatkan 10 orang guru mata pelajaran dan 1 orang tenaga kependidikan di SMAN 1 Hampang. Kegiatan ini terbagi menjadi 2 sesi. Pertimbangan kegiatan dibagi menjadi dua sesi agar konsep inti dapat tersampaikan secara holistik dan efektif sehingga rekan guru dapat lebih mudah mengingat dan memahami konsep yang disampaikan. Pada sesi 1, Calon Guru Penggerak menyampaikan perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, pengantar keyakinan kelas, video aksi nyata Implementasi Budaya Positif di Lingkungan Kelas, respon murid dan rencana perbaikan untuk implementasi Budaya Positif ke depan. Pada sesi 2, Calon Guru Penggerak menyampaikan Coaching Clinic pendalaman materi keyakinan kelas agar guru/rekan sejawat dapat lebih percaya diri dalam menerapkan keyakinan kelas di awal semester genap Tahun Pelajaran 2022/2023. Calon Guru Penggerak juga menyampaikan konsep posisi kontrol restitusi dan segitiga restitusi. Berikut video aksi nyata sosialisasi dan diseminasi budaya positif dengan rekan guru di SMAN 1 Hampang!
Bagus Pak
ReplyDeleteLanjutkan!
ReplyDelete