www.biologi-art.com, wadah untuk berbagi bahan ajar dan materi-materi pelatihan/seminar Pendidikan Biologi

INTERAKSI ANTARSPESIES DALAM KOMUNITAS TUMBUHAN



INTERAKSI ANTARSPESIES DALAM 
KOMUNITAS TUMBUHAN

oleh: Noor Rahmadani, S.Pd., Gr.

Sedia RPP Biologi, Bahan Ajar Biologi, Materi Biologi, Media Pembelajarn Biologi, Video Biologi,

Organisme hidup di alam tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu kumpulan individu yang menempati suatu tempat tertentu, sehingga antarorganisme akan terjadi interaksi. Interaksi-interaksi yang terjadi dapat merupakan interaksi antarindividu dari spesies yang sama, dapat juga merupakan interaksi antarindividu dari spesies yang berbeda.
Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan memengaruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat memengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum (1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negatif atau nol.

Selanjutnya menurut Odum (1993), interaksi terbagi menjadi sembilan tipe yaitu neutralisme, kompetisi (tipe gangguan langsung), kompetisi (tipe penggunaan sumberdaya), amensalisme, parasitisme, predasi (pemangsaan), komensalisme, protokooperasi, dan mutualisme.

Bermacam-macam tipe interaksi itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 

KOMPETISI DI ANTARA KOMUNITAS TUMBUHAN
Faktor-faktor ekologi atau faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan dalam kompetisi antara lain cahaya, air tanah, oksigen, unsur hara, dan karbondioksida. Faktor-faktor eksternal lainnya seperti kehadiran hewan penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi tanah, kelembapan tanah dan udara, angin, gangguan atau kerusakan lingkungan oleh manusia juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat (Vickery, 1984).

Kecepatan perkecambahan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan yang terjadi. Sebagai contoh pada suatu padang rumput tropis ada suatu spesies rumput Andropogon yang mampu menggantikan alang-alang (Imperata cylindrica) di habitatnya karena Andropogon tumbuh lebih dahulu, mencapai tinggi lebih besar, dan menyebar lebih luas dibandingkan alang-alang, menyebabkan Andropogon memperoleh cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar dari tempat tumbuhnya.

Di atas tanah, karbondioksida dan cahaya merupakan faktor penting dalam kompetesi antartetumbuhan. Pada kenyataan seperti itu, akhirnya timbul kesan bahwa semua kompetesi di atas tanah bergantung kepada tersedianya cahaya. Tumbuhan yang memerlukan cahaya (Intoleran) dan tetumbuhan yang memerlukan naungan (toleran) dapat hidup berdampingan, tetapi kompetisi tetap terjadi di antara mereka.

Di bawah tanah, tetumbuhan bersaing terhadap perebutan air, dan unsur hara sebagai komponen yang esensial. Kemampuan tumbuhan untuk bersaing sangat bergantung pada kecepatan pertumbuhan akarnya. Kecepatan pertumbuhan akar bergantung pada kemampuan fotosintesis, hal itu berarti tidak mungkin dipisahkan antara faktor di atas dan di bawah tanah dalam persaingan tumbuh-tumbuhan. Ketidakmampuan tumbuhan untuk bersaing terhadap unsur hara, air tanah, dan udara yang ada di dalam tanah (substrat) berakibat dalam pengurangan pertumbuhan pucuk (tunas). Sebaliknya, kemampuan yang besar dari suatu tumbuhan unuk bersaing terhadap unsur hara, air tanah, dan udara yang ada dalam tanah berakibat pertumbuhan pucuk menjadi bagus. Pertumbuhan pucuk yang bagus menyebabkan kemampuan tumbuhan bersaing untuk memperoleh cahaya sebagai energi utama dalam proses fotosintesis dan akhirnya akan berpengaruh pada semua pertumbuhan organ baik batang, daun maupun pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar akan berpengaruh positif terhadap kemampuan tumbuhan dalam bersaing unuk memperoleh air tanah, udara, dan unsur hara yang ada di dalam tanah. Demikianlah bukti bahwa kemampuan bersaing untuk memperebutkan faktor di bawah dan di dalam tanah, keduanya sangat penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan.

AMENSALISME
Amensalisme pada kebanyakan kasus, organisme yang dirugikan disebabkan oleh bahan kimia yang dikenal sebagai allelopathy. Beberapa ganggang yang termasuk genus Anabaena, Aphanizomenon, dan Gymnodinium mengeluarkan zat kimia bersifat allelopathy yang beracun dan mematikan ikan, itik, dan hewan-hewan lainnya.
Allelopathy diartikan sebagai pengaruh yang merugikan (menghambat, merusak) secara langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, ternyata pengertian Allelopathy berbeda dengan kompetisi. Pada kompetisi, proses yang terjadi merupakan pengurangan atau pemanfaatan dari satu atau beberapa faktor lingkungan. Pada allelopathy, proses yang terjadi merupakan pengaruh yang merugikan tumbuhan disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan lain ke lingkungannya.

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar ke dalam tanah. 

Senyawa-senyawa kimia dari dalam tubuh tumbuhan yang bersifat allelopathy misalnya phenolic, terpenes, alkaloid, nitrils, glycosides, difenol, asam benzoat, asam lemak, koumarin, sulfida, glucocida, dan parin. 

Beberapa jenis tumbuhan penghasil zat allelopathy antara lain sebagai berikut: 

1.Juglans nigra, pohon yang menghasilkan hydroxy-juglon yang dikeluarkan melalui pencucian daun oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah. Senyawa ini berubah menjadi racun juglon ketika teroksidasi di udara. Racun ini menghambat pertumbuhan jenis lainnya. 

2. Salvia leucophylla, semak ini melepaskan senyawa kimia berupa terpenes, terpenes dikeluarkan tumbuhan tersebut setelah masuk ke dalam tanah dan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan lainnya. 
3. Encelia farinosa, yaitu suatu jenis tumbuhan yang menghasilkan racun 3-acetyl 6-methoxybenzaldehyd dari pencucian daunnya oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah. Zat tersebut dalam tanah bersifat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan lainnya. 


PARASITISME
Parasit memperoleh makanan dari inangnya dan dapat tetap tinggal di bagian dalam tubuh inangnya sehingga disebut endoparasit, atau tinggal dibagian luar tubuh inangnya sehingga disebut ektoparasit. Di dalam asosiasi hidup parasitisme, organisme yang disebut parasit sesungguhnya tidak bermaksud membunuh inangnya, meskipun demikian lambat laun inang itu akan mati karena organisme parasit selalu memanfaatkan sumber pakan yang berasal dari tubuh inangnya. Setelah inang mati, parasit dapat juga ikut mati atau mencari dan menemukan inang yang baru.
Tumbuhan parasit terbagi atas 2 yaitu parasit fakultatif, tumbuhan ini menggantungkan sebagian sumber energi pada tumbuhan inang. Parasit fakultatif masih memiliki organ fotosintetik yang berfungsi secara normal sebagaimana tumbuhan bukan parasit. Contoh mistletoe Viscum album.
Parasit obligat (parasit sejati) adalah parasit yang sepenuhnya menggantungkan sumber energi pada tumbuhan inang. Contoh Cuscuta sp., Rafflesia arnoldi, dan Loranthus americanus.

PREDASI
Predasi berjalan menurut hukum alam. Makan atau hubungan memakan yang dilakukan oleh pemangsa (predator) terhadap organisme yang dimangsa (prey) menjadi salah satu landasan terciptanya struktur dan fungsi ekosistem. Dalam dunia tumbuhan dapat dicontohkan dari tumbuhan insektivor (pemakan serangga). Tumbuhan yang dimaksud antara lain Nephantes sp., Dionaea muscipula, Drosera burmannii, dan Saraccenia sp.

KOMENSALISME
Komensalisme merupakan hubungan di antara dua organisme, yang satu beruntung, sedangkan organisme yang lainnya tidak berakibat apa-apa (tidak rugi). Liana, anggrek, dan epifit banyak dijumpai di hutan-hutan tropis, dan hal itu merupakan contoh dari tipe interaksi komensalisme.
Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya matahari maksimum. Keberadaan liana di hutan merupakan karakteristik dari hutan-hutan tropis basah. Tumbuhan liana sangat beraneka ragam dan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan perambat (leaners), contoh Plumbago capensis. Liana berduri (thorn lianas) contoh Bougainvillea sp., pembelit (twiners) contoh Ipomoea sp., dan liana bersulur, contoh tumbuhan anggota Cucurbitacea dan Leguminosae.
Epifit yaitu tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain sebagai penopang, tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil daripada tumbuhan penopang atau inang. Epifit tubuh menempel pada tumbuhan lain sebagai penopang hidupnya tetapi tidak menimbulkan akibat apa-apa terhadap tumbuhan penopang. Epifit memperoleh keuntungan dari tumbuhan lain (tumbuhan penopang) berupa unsur hara dan air dari deposit humus yang ada di pangkal epifit, dan terkadang mendapatkan air yang menetes dari tajuk tumbuhan penopang.
Vickery (1984) menyatakan bahwa lebih kurang 33 familia dari tumbuhan berbunga hidup berasosiasi dengan spesies epifit. Spesies epifit umumnya merupakan anggota famili Areceae, Asclepiadaceae, Bromeliaceae, Cactaceae, Orchidaceae, dan Rubiaceae.

PROTOKOOPERASI
Asosiasi antara dua atau lebih spesies organisme yang berakibat keduanya saling beruntung akan tetapi asosiasinya bukan merupakan keharusan. Misalnya asosiasi antara jamur dengan semut atau serangga tertentu. Serangga memperoleh makanan dari adanya jamur, sedangkan jamur dibantu serangga dalam penyebaran sporanya, meskipun asosiasi ini tidak harus terjadi (wajib). Contoh lainnya adalah akar tumbuhan bersama.

MUTUALISME
Asosiasi dari dua organisme yang bersimbiosis merupakan sesuatu yang esensial (wajib). Contohnya simbiosis antara bakteri penambat nitrogen dengan spesies tumbuhan anggota famili Leguminosae, antara lain Nostoc dan Anabaena dalam Anthoceros, Azolla, dan Cycas, serta asosiasi Lichenes adalah contoh penting dari tipe interaksi mutualisme.
Lichenes telah berkembang melalui interaksi mutualisme. Masing-masing spesies lichenes mengandung komponen jamur dan komponen ganggang. Komponen ganggang (baik ganggang hijau maupun ganggang hijau-biru) menghasilkan karbohidrat melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh kedua komponen (lichenes), sedangkan jamur berperan menguraikan serasah agar membebaskan unsur hara mineral untuk memenuhi kebutuhan hara mineral bagi Lichenes. Asosiasi Lichenes demikian bagusnya sehingga tumbuhan ini mampu hidup pada kondisi gersang, mampu bertahan pada perubahan-perubahan yang sangat besar dari temperatur udara, keterbatasan persediaan air, dan unsur hara.
Demikian, Semoga Bermanfaat!


DAFTAR PUSTAKA
Gopal, B. Dan N. Bhardwaj. 1979. Elements of Ecology. Department of Botany. Rajashtan University Jaipur, India.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Odum, E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Download materi ini dalam bentuk PDF. Klik Download!

No comments

www.biologi-art.com, wadah untuk berbagi bahan ajar dan materi-materi pelatihan/seminar Pendidikan Biologi
Powered by Blogger.